SIT

Resume 1-7 STIKOM SURABAYA
Enterprise Resource Planning
tahapan evolusi ERP
• Tahap I : Material Requirement Planning (MRP)
Merupakan cikal bakal dari ERP, dengan konsep perencanaan kebutuhan material
• Tahap II: Close-Loop MRP
Merupakan sederetan fungsi dan tidak hanya terbatas pada MRP, terdiri atas alat bantu penyelesaian masalah prioritas dan adanya rencana yang dapat diubah atau diganti jika diperlukan
• Tahap III: Manufakturing Resource Planning (MRP II)
Merupakan pengembangan dari close-loop MRP yang ditambahkan 3 elemen yaitu: perencanaan penjualan dan operasi, antarmuka keuangan dan simulasi analisis dari kebutuhan yang diperlukan • Tahap IV: Enterprise Resource Planning Merupakan perluasan dari MRP II yaitu perluasan pada beberapa proses bisnis diantaranya integrasi keuangan, rantai pasok dan meliputi lintas batas fungsi organisasi dan juga perusahaan dengan dilakukan secara mudah
• Tahap V: Extended ERP (ERP II)
Merupakan perkembangan dari ERP yang diluncurkan tahun 2000, serta lebih konflek dari ERP sebelumnya.

Pengertian ERP

ERP System adalah sistem informasi bagi perusahan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi , produksi maupun distribusi
•ERP berkembang dari
–Manufacturing Resource Planning (MRP II)
–MRP II sendiri adalah hasil evolusi dari Material Requirement Planning (MRP)
•Sistem ERP secara modular menangani
–proses manufaktur, logistik, distribusi, persediaan (inventory), pengapalan, invoice dan akunting perusahaan
•ERP membantu mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen kualitas dan sumber daya manusia
•ERP disebut Back Office System, mengindikasikan bahwa pelanggan dan publik secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini
–Berbeda dengan Front Office System yang langsung berurusan dengan pelanggan seperti sistem untuk e-Commerce, Costumer Relationship Management (CRM), e-Government dan lain-lain .

Software ERP biasanya terbagi atas
–Modul Operasi (modul utama)
–Modul Finansial dan Akunting, Sumber Daya Manusia (modul pendukung )

Modul ERP
Modul Operasi–General Logistics, Sales and Distribution, Materials Management, Logistics Execution, Quality Management, Plant Maintenance, Customer Service, Production Planning and Control, Project System, Environment Management
Distribution dan Manufacturing
1. LE – Logistics Execution
Modul LO merupakan modul yang terkati dengan modul lain, seperti modul PP, EC, SD, MM, PM dan QM. Modul ini fokus pada pengaturan logistik dari pembelian hingga distribusi..
2. SD – Sales Distribution
Solusi Sistem Informasi Terintegrasi mengantisipasi perubahan pasar. Prioritas utama dari penggunaan modul ini adalah untuk membuat struktur data yang mampu merekam, menganalisis, dan mengontrol aktifitas untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan dan menghasilkan keuntungan yang layak dalam periode akuntansi yang akan datang.
3. MM – Materials Management
Fungsi utama dari modul MM adalah untuk membantu manajemen dalam aktifitas sehari-hari dalam tipe bisnis apapun yang memerlukan konsumsi material, termasuk energi dan pelayanan.
4. PP – Production Planning
Modul PP ini berfungsi dalam merencanakan dan mengendalikan jalannya material sampai kepada proses pengiriman produk.
5. PM – Plant Maintenance
Modul PM berfungsi untuk mendukung dan mengontrol pemeliharaan peralatan, mengatur data perawatan, dan mengintegrasikan data komponen peralatan dengan aktifitas operasional yang sedang berjalan.
6. QM – Quality Management
Modul QM terintegrasi dengan modul PP-PI Production.
7. PS – Project System
Modul PS dikonsentrasikan untuk mendukung kegiatan berikut ini:
􀀁 Perencanaan terhadap waktu dan nilai
􀀁 Perencanaan detail dengan menggunakan perencanaan cost element atau unit cost dan
menetapkan waktu kritis, pendeskripsian aktifitas dan penjadwalan
􀀁 Koordinasi dari sumber daya melalui otomasi permintaan material, manajemen dan kapasitas material, serta sumber daya manusia
􀀁 Pemantauan terhadap material, kapasitas dan dana selama proyek berjalan
􀀁 Penutupan proyek dengan analisis hasil dan perbaikan

Modul Finansial dan Akunting
–General Accounting, Financial Accounting, Controlling, Investment Management, Treasury, Enterprise Controlling
A. Financial
1. FI – Financial Accounting
Digunakan sebagai parameter untuk perhitungan keuntungan, mengukur kinerja keuangan dengan berbasis pada data transaksi. Modul FI juga menyediakan data yang dapat digunakan sebagai alat audit dalam laporan keuangan.
2. CO-Controlling
Fungsi dari modul CO adalah untuk mendukung empat kegiatan pokok :
􀀁 Pengendalian investasi.
􀀁 Pengendalian kegiatan keuangan, memantau dan merencanakan kegiatan pembayaran sesuai dengan jadwal.
􀀁 Pengendalian kegiatan pembelian, pengadaan dan penggunaan dana dalam unit – unit kerja.
􀀁 Pengendalian biaya dan keuntungan berdasarkan semua aktifitas perusahaan
3. IM – Investment Management
Modul IM berkaitan dengan fungsi modul TR, dengan modul IM lebih ditujukan untuk analisis investasi jangka panjang dan aset tetap dari perusahaan untuk membuat keputusan.
4. EC – Enterprise Controlling
Modul EC adalah untuk memberikan akses mengenai :
􀀁Kondisi keuangan perusahaan
􀀁 Hasil dari perencanaan dan pengendalian perusahaan
􀀁 Pengembangan Investasi
􀀁 Pemeliharaan aset – aset yang dimiliki
􀀁 Pengembangan SDM perusahaan
􀀁 Kondisi pasar yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
􀀁 Faktor-faktor struktural dari proses bisnis, seperti struktur produksi, struktur biaya, neraca dan laporan rugi laba
5. TR – Treasury
Modul TR berfungsi untuk mengintegrasikan antara cash management dan cash forecasting dengan aktifitas logistik dan transaksi keuangan.

Modul Sumber Daya Manusia–Personnel Management, Personnel Time Management, Payroll, Training and Event Management, Organizational Management, Travel Management
Human Resources
Berfungsi untuk:
􀀁 Memudahkan melaksanakan manajemen yang efektif dan tepat waktu terhadap
gaji, benefit dan biaya yang berkaitan dengan SDM perusahaan
􀀁 Melindungi data personalia dari pihak luar
􀀁 Membangun sistem perekrutan dan pembangunan SDM yang efisien melalui manajemen karir

Keuntungan Penggunaan ERP
•Integrasi Data Keuangan
–Untuk mengintegrasikan data keuangan sehingga top management bisa melihat dan mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan lebih baik
•Standarisasi Proses Operasi
–Menstandarkan proses operasi melalui implementasi best practice sehingga terjadi peningkatan produktivitas, penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk
•Standarisasi Data dan Informasi
–Menstandarkan data dan informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk perusahaan besar yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan jenis bisnis yg berbeda-beda

Keuntungan yang Bisa Diukur
•Penurunan inventori
•Penurunan tenaga kerja secara total
•Peningkatan service level
•Peningkatan kontrol keuangan
•Penurunan waktu yang di butuhkan untuk mendapatkan informasi

Pertimbangan Mengunakan ERP
•Investasi sangat mahal dan pilihan ERP yang salah bisa menjadi mimpi buruk
•ERP yang berhasil digunakan oleh sebuah perusahaan tidak menjadi jaminan berhasil di perusahaan yang lain
•Perencanaan harus dilakukan untuk menyeleksi ERP yang tepat
•Bahkan dalam beberapa kasus yang ekstrim, evaluasi pilihan ERP menghasilkan rekomendasi untuk tidak membeli ERP, tetapi memperbaiki Business Process yang ada
•Tidak ada ‘keajaiban’ dalam ERP software. Keuntungan yang didapat dari ERP adalah hasil dari persiapan dan implementasi yang efektif
•Tidak semua ERP sama kemampuannya, dan memilih ERP yang salah akan menjadi bencana

3 Syarat Sukses Memilih ERP

•Knowledge, pengetahuan tentang bagaimana cara sebuah proses seharusnya dilakukan
•Experience, pemahaman terhadap kenyataan tentang bagaimana sebuah proses seharusnya dikerjakan dengan kemungkinan munculnya permasalahan
–Knowledge tanpa experience menyebabkan orang membuat perencanaan yang terlihat sempurna tetapi kemudian terbukti tidak bisa diimplementasikan
–Experience tanpa knowledge bisa menyebabkan terulangnya atau terakumulasinya kesalahan dan kekeliruan karena tidak dibekali dengan pemahaman yang cukup

Selection Methodology–Ada struktur proses seleksi yang sebaiknya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam memilih ERP
–Proses seleksi tidak harus selalu rumit agar efektif. Yang penting organized, focused dan simple
–Proses seleksi ini biasanya berkisar antara 5-6 bulan sejak dimulai hingga penandatanganan order pembelian ERP
Proses Pemilihan Software ERP.

Analisa Business Strategy–Bagaimana level kompetisi di pasar dan apa harapan dari customers?
–Adakah keuntungan kompetitif yang ingin dicapai?
–Apa strategi bisnis perusahaan dan objectives yang ingin dicapai?
–Bagaimana proses bisnis yang sekarang berjalan vs proses bisnis yang diinginkan?
–Adakah proses bisnis yang harus diperbaiki?
–Apa dan bagaimana prioritas bisnis yang ada dan adakah rencana kerja yang disusun untuk mencapai objektif dan prioritas tersebut?
–Target bisnis seperti apa yang harus dicapai dan kapan?

•Analisa People
–Bagaimana komitment top management terhadap usaha untuk implementasi ERP?
–Siapa yg akan mengimplementasikan ERP dan siapa yg akan menggunakannya?
–Bagaimana komitmen dari tim implementasi?
–Apa yg diharapkan para calon user thd ERP?
–Adakah ERP champion yg menghubungkan top management dgn tim?
–Adakah konsultan dari luar yg disiapkan untuk membantu proses persiapan?

<strong>Proses Pemilihan Software ERP
•Analisa Infrastruktur
–Bagaimanakah kelengkapan infrastruktur yang sudah ada (overall networks, permanent office systems, communication system dan auxiliary system)
–Seberapa besar budget untuk infrastruktur?
–Apa infrastruktur yang harus disiapkan?

•Analisa Software
–Apakah software cukup fleksibel dan mudah disesuaikan dengan kondisi perusahaan?
–Apakah ada dukungan service dari supplier, tidak hanya secara teknis tapi juga untuk kebutuhan pengembangan sistem di kemudian hari?
–Seberapa banyak waktu untuk implementasi yg tersedia?
–Apakah software memiliki fungsi yang bisa meningkatkan proses bisnis perusahaan?

Implementasi ERP
Poin-poin yang bisa digunakan sebagai pedoman pada saat implementasi ERP:
•ERP adalah bagian dari infrastruktur perusahaan, dan sangat penting untuk kelangsungan hidup perusahaan. Semua orang dan bagian yang akan terpengaruh oleh adanya ERP harus terlibat dan memberikan dukungan
•ERP ada untuk mendukung fungsi bisnis dan meningkatkan produktivitas, bukan sebaliknya. Tujuan implementasi ERP adalah untuk meningkatkan daya saing perusahaan
•Pelajari kesuksesan dan kegagalan implementasi ERP, jangan berusaha membuat sendiri praktek implementasi ERP. Gunakan metodologi tertentu untuk implementasi ERP yang lebih terjamin keberhasilannya
Tanda-Tanda Kegagalan ERP

•Kegagalan ERP biasanya ditandai hal-hal berikut
–Kurangnya komitmen top management
–Kurangnya pendefinisian kebutuhan perusahaan (analisa strategi bisnis)
–Cacatnya proses seleksi software (tidak lengkap atau terburu-buru memutuskan)
–Kurangnya sumber daya (manusia, infrastruktur dan modal)
– Kurangnya ‘buy in’ sehingga muncul resistensi untuk berubah dari para karyawan
–Kesalahan penghitungan waktu implementasi
–Tidak cocoknya software dengan business process
–Kurangnya training dan pembelajaran
–Cacatnya project design & management
–Kurangnya komunikasi
–Saran penghematan yang menyesatkan

Evolusi ERP
•MRP (Material requirements planning)
–Awal 1960an
–Bill of Material Processing
•Closed-Loop MRP
–Memuat tool untuk merencanakan prioritas dan kapasitas
–Mendukung perencanaan dan eksekusi
–Pengembangan dari MRP dengan mempertimbangkan aggregate sales dan perencanaan operasi, Master Production Schedule, dan demand management (forecasting)

•MRP II (Manufacturing Resource Planning)
–Hasil pengembangan dari closed-lop MRP
–Menenkankan perencanan penjualan dan operasi pada level yang lebih detail
–Financial interface, memungkinkan merubah perencanaan operasi (pieces, pounds, gallons) ke dalam satuanfinansial (dollar)
–Simulasi, menjawab pertanyaan “What-if”

•ERP (Enterprise Resource Planning)
–Secara fundamental sama dengan MRP II
–ERP lebih powerful dari MRP II sebab
•Satu kumpulan dari tools yang digunakan untuk merencnakan semua aktivitas perusahaan (enterprise)
•Mengintegrasikan secara real time dari data penjualan, data operasi, dan data finansial
•Menghubungkan pendekatan perencanaan kebutuhan resources dengan supply

Supply Chain Management
Definisi Supply Chain Management
Supply Chain Management (SCM) menekankan pada pola terpadu menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufaktur, retailer hingga pada konsumen akhir. Dalam konsep SCM rangkaian aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir adalah dalam satu kesatuan tanpa sekat yang besar.
SCM merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk memenuhi hal itu tanpa harus menimbulkan biaya sehubungan dengan kegiatan ECR (Efficient Consumer Response) yaitu : sebuah strategi yang bertujuan untuk mengurangi biaya yang harus dikeluarkan pada jalur distribusi dan membuatnya semakin tanggap terhadap permintaan konsumen.

Konsep supply chain
•Konsep lama logistik : sebagai persoalan intern perusahaan dan pemecahannya diutamakan pada pemecahan intern perusahaan.
•Konsep baru logistik : dilihat sebagai masalah yang lebih luas sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai oleh konsumen akhir, sehingga merupakan mata rantai penyediaan barang

Tujuan SCM
untuk memastikan sebuah produk berada pada tempat dan waktu yang tepat untuk memenuhi permintaan pelanggan, tanpa menciptakan stok yang berlebihan atau kekurangan.

SCM yang efektif adalah : •Hemat waktu dan efisien untuk semua kegiatan.
•Hemat biaya produksi, penyimpanan, dan pengadaan.
•Komunikasi global secara cepat dan tepat.
•Distribusi global yang efektif untuk barang dan jasa.

Keuntungan SCM •Mengurangi inventory barang, sehingga biaya dapat lebih ditekan.
•Menjamin kelancaran penyediaan barang, mulai asal barang (barang pembuat), supplier, perusahaan, distributor, sampai konsumen terakhir.
•Menjamin kualitas, dimana kualitas barang jadi tidak hanya ditentukan pada proses produksi tapi juga ditentukan kualitas bahan mentahnya serta kualitas keamanan dalam pengirimannya

Prinsip-prinsip SCM
Anderson, Britt & Frave (1997) memberikan 7 prinsip SCM untuk membantu para manajer dalam merumuskan strategi pelaksanaan SCM, yaitu:
1.Segmentasi pelanggan berdasarkan kebutuhannya.
2.Sesuaikan jaringan logistik untuk melayani kebutuhan pelanggan yang berbeda.
3.Dengarkan signal pasar dan jadikan signal tersebut sebagai dasar dalam perencanaan kebutuhan (demand planning) sehingga bisa menghasilkan ramalan yang konsisten dan alokasi sumber daya yang optimal.
4.Diferensiasi produk pada titik yang lebih dekat dengan konsumen dan percepat konversinya di sepanjang rantai supply.
5.Kelola sumber-sumber supply secara strategis untuk mengurangi ongkos kepemilikan dari material maupun jasa.
6.Kembangkan strategi teknologi untuk keseluruhan rantai supply yang mendukung pengambilan keputusan berhirarki serta berikan gambaran yang jelas dari aliran produk, jasa, maupun informasi.
7.Adopsi pengukuran kinerja untuk sebuah supply chain secara keseluruhan dengan maksud untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen akhir.

Persyaratan Penerapan SCM
1. Dukungan manajemen.
Manajemen semua level dari strategis sampai operasional harus memberikan dukungan mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sampai pengendalian.
2. Pemasok.
Sebelum membangun komitmen dan melaksanakan ‘kontrak kerja’ dengan para pemasok, maka perusahaan terlebih dahulu harus melaksanakan evaluasi pemasok. Evaluasi pemasok dilakukan apabila untuk material yang sama dapat diperoleh lebih dari satu alternatif pemasok. Setidaknya ada tiga kriteria dalam melakukan evaluasi pemasok, yaitu: keadaan umum pemasok, keadaan pelayanan, dan keadaan material. Beberapa contoh indikator dari setiap kriteria evaluasi pemasok adalah sebagai berikut (Gaspersz, 2002):

1. Keadaan umum pemasok
a.Ukuran atau kapasitas produksi
b.Kondisi finansial
c.Kondisi operasional
d.Fasilitas riset dan desain
e.Lokasi geografis
f.Hubungan dagang antar industry

2. Keadaan pelayanan
a.Waktu penyerahan material
b.Kondisi kedatangan material
c.Kuantitas pemesanan yang ditolak
d.Penanganan keluhan dari pembeli
e.Bantuan teknik yang diberikan
f.Informasi harga yang diberikan
3.Keadaan material
a.Kualitas material
b.Keseragaman material
c.Jaminan dari pemasok
d.Keadaan pengepakan (pembungkusan)

3. Distributor
sebagai perantara produk perusahaan sampai ke tangan konsumen akhir. Intensitas saluran distribusi yang ideal bagi suatu perusahaan adalah bagaimana menyajikan jenis produk secara luas dalam pemuasan kebutuhan konsumen (Sitaniapessy, 2001). Satu kunci yang penting dalam mengelola saluran distribusi adalah menentukan berapa banyak saluran distribusi yang dikembangkan serta membentuk suatu pola kemitraan yang menunjang pemasaran suatu produk dalam area pemasaran tertentu.

4.Transparansi arus informasi.
Untuk dapat mendukung arus informasi yang transparan dari seluruh mata rantai yang terlibat dalam SCM diperlukan komitmen (dapat dicapai melalui kemitraan dan kesepakatan) disertai dengan ketersediaan database.

Komponen dasar SCM •Supplier, yaitu perusahaan yang menyediakan bahan pertama yang berupa bahan baku, bahan penolong, bahan dagangan, suku cadang, dsb.
•Manufacturer (plants, assembler, fabricator), yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, mengasembling, atau menyelesaikan barang (finishing)
Distributor (wholesaler), yaitu perusahaan yang menerima hasil produk dari manufacturer sebelum disalurkan lagi ke pengecer.
•Retailer (pengecer), yaitu perusahaan yang menerima produk dari distributor dan langsung menjualnya kepada pelanggan.
•Customers (pelanggan), yaitu para pembeli atau pengguna barang dimana merupakan pembeli akhir yang melakukan pembelian.

Aktivitas dalam SCM
•Chain 1 : Supplier
Jaringan logistik (logistics network) bermula dari sini.
•Chain 1 – 2 : Supplier ke Manufacturer
Jaringan ini mempunyai potensi untuk melakukan penghematan, misal inventory dan biaya gudang.
•Chain 1-2-3 : Supplier ke Manufacturer ke Distributor
Barang dari manufacturer disalurkan ke pelanggan dengan melalui distributor.
•Chain 1-2-3-4 : Supplier ke Manufacturer ke Distributor ke Retailer
Barang dari distributor disalurkan lagi dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer. Pada tahap ini juga potensi penghematan dalam inventory dan biaya gudang.
•Chain 1-2-3-4 : Supplier ke Manufacturer ke Distributor ke Retailer ke Customers
Barang yang diletakkan di outlets oleh retailer ditawarkan langsung kepada pelanggan atau pengguna barang tersebut. Mata rantai supply chain betul-betul berhenti pada tahap ini.

Keputusan dalam SCM
•Sifat pergerakan supply chain berbeda untuk berbagai jenis inventory. Sehingga hal ini menyebabkan perbedaan panjang pendeknya supply chain, dimana hal ini akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil dalam SCM.
•Misal, keputusan untuk jenis bahan baku akan membutuhkan analisis yang lebih panjang dibanding jenis inventory yang lain.

Beberapa jenis inventory : •Bahan baku (raw material)
•Barang setengah jadi (semi finished product)
•Barang jadi (finished product)
•Material dan suku cadang (MRO = Materials for maintenance, repair, and operation)
•Barang komoditas (commodity)
•Barang proyek (material dan suku cadang yang digunakan untuk membangun proyek tertentu)
Konsep database yang dimaksud dalam hal ini bukan hanya kumpulan data yang dikelola dan dikendalikan secara terpusat, melainkan data tersebut harus memenuhi lima kriteria sebagai berikut :
1.Ketersediaan, kapanpun diperlukan harus tersedia disertai dengan kemudahan akses.
2.Kemampuan dipergunakan untuk berbagi kebutuhan terkait
3.Kemampuan data untuk selalu berkembang dalam konteks yang efektif
4.Jumlah data tidak tergantung kondisi fisik penyimpan data (penyimpan data yang harus menyesuaikan jumlah data)
5.Konsistensi dan validitas data

Tantangan Penerapan SCM
1. Lingkungan makro dan eksternal.
Inflasi
Persaingan di tingkat global
Perkembangan teknologi
Masalah infrastruktur (birokrasi yang rumit)
2.Lingkungan mikro ( Perusahaan )
1.Pengukuran kinerja yang tidak terdefinisikan dengan baik
2.Customer service tidak didefinisikan dengan jelas, tidak ada pengukuran terhadap kelambatan respon dalam pelayanan, dan sebagainya.
3.Status data pengiriman yang tidak akurat dan sering terlambat.
4.Sistem informasi tidak efisien.
5.Dampak ketidakpastian diabaikan.
6.Kebijakan inventori terlalu sederhana, faktor-faktor ketidakpastian tidak diperhitungkan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan tersebut, kadang-kadang terlalu statis dan generik.
7.Diskriminasi terhadap internal customer. Prioritasnya rendah, service levelnya tidak terukur, sistem insentifnya tidak tepat.
8.Koordinasi antar aktivitas suplai, produksi, dan pengiriman tidak bagus.
9.Analisis metode-metode pengiriman tidak lengkap, tidak ada pertimbangan efek persediaan dan waktu respon.
10.Definisi ongkos-ongkos persediaan tidak tepat.
11.Ada kendala komunikasi antar organisasi.
12.Perancangan produk maupun proses tidak memperhitungkan konsep supply chain.
13.Perancangan dan operasional supply chain dibuat secara terpisah.
14. Supply chain tidak lengkap, fokusnya sering hanya pada operasi internal saja.

MANAJEMEN LOGISTIK DAN SCM

Persamaan antara manajemen logistik dan SCM adalah :

•Keduanya menyangkut pengelolaan arus barang dan jasa.

•Keduanya menyangkut pengelolaan mengenai pembelian, penyimpanan, pengangkutan, administrasi, dan penyaluran barang.

•Keduanya menyangkut usaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan barang.

 Perbedaan antara manajemen logistik dan SCM adalah :

A.Manajemen Logistik :

•Mengutamakan pengelolaan, termasuk arus barang dalam perusahaan

•Berorientasi pada perencanaan dan kerangka kerja yang menghasilkan rencana arus barang dan informasi di seluruh perusahaan

 SCM :

•Mengutamakan arus barang antar perusahaan, mulai hulu sampai hilir.

•Atas dasar kerangka kerja, mengusahakan hubungan dan koordinasi antar proses dari perusahaan lain dalam business pipelines, mulai dari supplier sampai pelanggan

Aktivitas-aktivitas utama logistik:

•Customer service (pelayanan pelanggan)

•Demand forecasting (peramalan permintaan)

•Inventory management (manajemen persediaan)

•Logistics communication (komunikasi logistik)

•Material handling (penanganan material)

•Order processing (proses pemesanan)

•Packaging (pengemasan)

•Parts and services support (komponen-komponen dan pelayanan pendukung)

•Plants and warehouse site selection (pemilihan lokasi pabrik dan gudang)

•Procurement/purchasing(pengadaan /pembelian)

•Reverse logistics (logistik berupa barang retur ataupun sisa)

•Transportation (transportasi)

•Warehousing and storage (gudang dan penyimpanan)

The Value Chain

•Salah satu konsep yang digunakan untuk mencapai keunggulan kompetitif adalah konsep The Value Chain, yang diberikan oleh Michael Porter. Aktivitas The Value Chain dikategorikan menjadi 2 tipe, yaitu :

1). Primary Activity

•Adalah aktifitas yang berperan langsung dalam hal penciptaan fisik barang hasil produksi, penjualan, dan pendistribusian nya kepada pembeli. Yang termasuk pada Primary Activity adl:

1. Inbound logistics

2. Operations

3. Outbound logistics

4. Market and sales

5. Services

2).Support Activity

•Adalah aktifitas yang membantu primary activity. Yang termasuk pada Support Activity adl:

1. Infrastructure

2. Human Resources

3. Technology Development

4. Procurement

 Aktivitas-Aktivitas Logistik

1. PELAYANAN PELANGGAN (CUSTOMER SERVICE) :

Adalah suatu proses yang berlangsung diantara pembeli, penjual, dan pihak ketiga yang menghasilkan nilai tambah untuk pertukaran produk atau jasa dalam jangka waktu pendek (misal, transaksi tunggal) maupun dalam jangka waktu panjang (misal, hubungan berdasarkan kontrak).

a. Elemen-Elemen Customer Service:

Menurut Bernard J. La Londe dan paul Zinszer, ada 3 elemen :

A.Elemen Pratransaksi (Pretransaction Elements)

•Bersifat non-rutin

•Berhubungan dengan kebijakan manajemen.

•Tidak langsung berhubungan dengan logistik, tetapi berhubungan dengan penjualan

B.Elemen Transaksi (Transaction Elements)

  • Stockout level, merupakan pengukuran ketersediaan produk. Informasi pemesanan, merupakan kemampuan menyediakan informasi yang akurat dan cepat pada pelanggan tentang status persediaan, status pemesanan, tanggal pengiriman, serta status back-order.
  • Elemen siklus pemesanan, merupakan total waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan pelanggan sampai pengiriman kepada pelanggan. Mempercepat pengiriman untuk mengurangi waktu siklus pemesanan normal.
  • Pemindahan pengangkutan, merupakan pengangkutan produk diantara lokasi-lokasi untuk menghindai stockout.
  • Ketepatan sistem, merupakan ketepatan kualitas yang dipesan, produk yang dipesan, dan sistem pembayaran, yang penting hal tersebut baik bagi pelanggan maupun pengusaha.
  • Order convenience, merupakan tingkat kesulitan yang dialami pelanggan ketika melakukan pemesanan. Masalah yang dihadapi bisa berupa format order yang membingungkan atau terminologi nonstandar yang dapat menjadikan hubungan yang buruk dengan pelanggan. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan wawancara dengan pelanggan.
  • Produk substitusi, hal ini terjadi ketika produk yang dipesan pelanggan diganti dengan barang yang sama tetapi dalam ukuran yang berbeda atau produk lain yang terlihat lebih baik. Program ini akan berhasil bila terjadi komunikasi yang baik antara pengusaha dan pelanggan.
      C. Elemen Post-Transaksi (

Posttransaction Elements

    )

Elemen-elemen spesifik dari Post-Transaksi (Posttransaction Elements) :

•Instalasi, jaminan, perbaikan, perubahan, dan suku cadang

•Produk tiruan, perusahaan harus dapat menarik kembali produk yang dapat berbahaya dari pasaran sesegera ungkin bila teridentifikasi suatu masalah

•Cara menangani klaim, keluhan, dan retur.

•Pergantian produk sementara untuk menunggu barang pesanan ataupun penantian perbaikan produk yang dibeli sebelumnya

2. Ramalan Permintaan (DEMAND FORECASTING )

Untuk mengetahui kesempatan-kesempatan (opportunities) yang terbuka bagi perusahaan, serta apa yang harus dilakukan oleh perusahaan di masa datang, maka perusahaan perlu mengetahui keadaan di masa depan, khususnya permintaan atau kebutuhan.

3. Manajemen Persediaan (INVENTORY MANAGEMENT)

Merupakan sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk dilakukan proses produksi, serta barang-barang jadi (produk jadi) yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari pelanggan setiap waktu

4. Komunikasi logistik (LOGISTICS COMMUNICATION)

Komunikasi merupakan jaringan utama diantara seluruh proses logistik dan pelanggan perusahaan. Komunikasi yang akurat dan pada saat yang tepat merupakan dasar dari keberhasilan manajemen logistik.

5.Penanganan material (MATERIAL HANDLING)

Penanganan material berhubungan dengan setiap aspek gerakan atau aliran bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi dalam pabrik atau gudang.

 6. Proses pemesanan (ORDER PROCESSING)

7. Pengemasan (PACKAGING)

A. Fungsi pengemasan :

  1. Melindungi produk dari kerusakan ketika akan disimpan atau diangkut
  2. Pengemasan yang baik dapat memudahkan penyimpanan, serta pemindahan produk, sehingga mengurangi biaya penanganan material
  3. Dapat memudahkan dalam mengidentifikasikan produk dan material

8. Komponen-komponen dan pelayanan pendukung (PARTS AND SERVICE SUPPORT)

9. Seleksi lokasi pabrik dan gudang (PLANT AND WAREHOUSE SITE SELECTION)

Pergudangan merupakan bagian yang penting dari semua sistem logistik, karena merupakan jaringan primer diantara produsen dan pelanggan yang digunakan untuk menyimpan persediaan selama seluruh bagian proses logistik berjalan.

10. Pembelian – Pengadaan (PURCHASING – PROCUREMENT)

Purchasing pada umumnya berhubungan dengan pembelian aktual material dan segala aktivitas yang berhubungan dengan proses pembelian.Sedangkan aktivitas procurement berhubungan dengan aktivitas strategik yang berhubungan dengan pengadaan.

11. REVERSE LOGISTICS

12. TRANPORTASI

13. PERGUDANGAN DAN PENYIMPANAN (WAREHOUSING AND STORAGE)

Sumber:
Panca.ppt.sistem informasi terpadu
kikisaragih.wordpress.com/2011/01/31/baganchart-erp/
ocw.usu.ac.id/…/tdi_437_handout_pemilihan_tekn

http://www.digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/14072510200509162.doc

Leave a comment